Senin, 13 Januari 2014

Untuk Pertama Kali

Untuk Pertama Kali
Namaku Putri Anastasya, ABG yang masih mengenakan seragam putih-biru, lebih tepatnya lagi kelas 9 SMP. Suatu hari aku ingin sekali menonton pertandingan futsal bersama temanku yang lain.
“Put nonton futsal yukk” Ayu tiba-tiba mengajak ku menonton pertandingan futsal. Aku tak bersuara, dan aku pun bingung harus menjawab apa.
“Emangnya futsalnya kapan, Yu?” jawabku tiba-tiba.
“Hari Minggu Put di Kelapa Gading”. Dan akhirnya aku pun belum menjawab pertanyaan Ayu dengan pasti.
Terik matahari amat menyengat, waktu menunjukkan pukul 12. Matahari berdiri tepat diatas kepala. Ingin sekali ku buka hijab ku disekolah seusai BTA, tetapi aku mengurungkan niat burukku itu. Aku pun bergegas pulang ke rumah, seusai BTA (Baca Tulis Al Quran).
Sesampainya dirumah aku langsung membuka hijab dan membuka pintu kulkas, sekedar melepas dahaga. Aku pun membuka pintu kamar dan berbaring di atas kasur sambil memainkan ponsel. Tak lama kemudian muncul satu pesan WhatsApp dari temanku, Riska.
“Jadi nonton futsal nggak nih?” tanya Riska memalui WhatsApp.
“Nggak tau juga Ris, memangnya siapa saja yang ikut?” jawab ku bingung.
Ponselku tak bergetar lagi, tanda pesan WhatsApp ku belum dibalas lagi. Aku pun berniat untuk tidur siang. Sejenak istirahat dan melepas penat diotakku agar otakku bisa Fresh kembali untuk menjalankan aktivitas seperti biasa. Ditambah lagi suasana siang hari yang tiba-tiba turun hujan. Menambah suasana akan tidur siang.
Ketika aku bangun dari tidur siang, ku lihat ponsel ku bergetar terus-menerus. Ku lihat teman-temanku menanyakan jawabanku atas menonton pertandingan futsal. Aku sendiri pun bingung harus menjawab apa? Dan akhirnya ku bales satu-satu semua pesan temanku dengan jawaban “iya ikut kok”. Awalnya sih malas juga bales pesan seperti itu. Karna aku masih ragu.
***
“Bu aku besok boleh keluar?” tanyaku kepada Ibu.
“Kamu mau kemana, De? Jawab Ibu singkat.
“Acara ulang tahun temen di Margo City, Bu” jawabku bohong.
“Kayanya minggu kemarin kamu bilangnya habis dari Margo City ke acara ulang tahun temen kamu deh” tanya Ibu penasaran.
Aku pun langsung diam, tidak bersuara dan bingung. Aku sangat tidak profesional dalam berbohong.
“Oh itu, aku kan kemarin ke Margo beli Novel, Bu” jawabku singkat dengan alasan yang tidak logis.
“Pasti kemarin kamu berbohong sama Ibu ya?” jawab Ibu mengintrogasikan aku.
Akhirnya aku pun jujur tujuanku kemarin dan besok pergi keluar rumah. Tetapi disitu Ibu tidak memberikan jawaban apapun, ia pergi begitu saja. Aku pun kecewa. Itu memang salahku yang tidak bisa jujur kepada Ibu. Tetapi kalau aku berbicara yang sejujurnya pasti aku tidak dibolehkan keluar rumah. Apalagi disaat Weekend, ditambah ada Ayah dirumah yang selalu mengitrogasikan aku kemanapun aku pergi.
***
Ini saat yang tepat untuk meminta izin keluar rumah, sebab Weekend kali ini Ayah tidak dirumah. Beliau sedang pergi ke Puncak. Tapi disisi lain aku takut tidak dizinkan oleh Ibu, karna aku sudah berbohong.
Kejadian yang membuat Ibu marah tadi masih terbayang di benakku. Aku berkata dalam hati dan mencaci diriku sendiri. Betapa bodohnya aku telah membuat Ibu marah dan pergi begitu saja meninggalkan aku. Aku pun berniat untuk membatalkan kegiatanku esok. Tapi dilubuk hati kecilku aku ingin sekali menonton pertandingan futsal. Menonton secara langsung seseorang yang kukagumi dari 2 tahun yang lalu, yang kini bersemi kembali dihatiku.
Jika aku benar-benar nekat ingin menonton pertandingan futsal, berarti ini adalah momen untuk pertama kali aku menonton futsal demi melihat penampilan sosok laki-laki yang aku kagumi 2 tahun yang lalu. Dia selalu menyapaku di WhatsApp. Tapi jika bertemu secara langsung, kami berdua seperti orang asing yang tidak saling mengenal. Hanya diam dan tidak berani menatap. Senyumpun tidak. Miris sekali ya?
Sebenarnya aku hanya ingin memberikan ia Surprise dengan tidak memberi tahu dia bahwa aku menonton pertandingan futsal esok. Tapi aku sempat berpikir kalau itu tidak akan mungkin terjadi. Sebab aku pun tidak berani lagi meminta izin kepada Ibu untuk pergi keluar rumah.
Hal itu hanya membuatku terpaku dan termenung. Merenungkan kejadian yang sebenarnya tidak penting dan membuatku menguras tenga dan pikiran. Memikirkan seseorang yang entah bagaimana perasaannya terhadap ku. Sebesar itukan pengorbananku hanya ingin melihat penampilan sosok dia dilapangan futsal? Entahlah.
***
Pagi harinya.
“Pagi Ibu. Tumben Bu sepi, pada kemana?” sapaku yang baru beranjak dari tempat tidur dan menghampiri Ibu yang sedang memasak.
“Pagi sayang. Ayah sudah berangkat, Masmu lagi lari pagi sama Om Herman” jawab ibu sambil mengupas bawang putih.
Hati kecilku berkata ingin sekali rasanya meminta izin kepada Ibu untuk menonton pertandingan futsal. Tetapi akankah Ibu memberikan izin? Aku pun ragu untuk bertanya, dan lebih baik diam. Mulutku ku bungkam, dan mendadak bisu. Hingga aku pun angkat suara.
“Bu kan ada pertandingan futsal”
“Ya terus?” jawab ibu singkat.
Ya ampun kenapa kata-kata itu bisa keluar dri mulutku? Betapa bodohnya aku berkata seperti itu kepada Ibu.
“Aku ingin menonton pertandingan futsal, boleh ya Bu?” pinta ku dengan raut wajah kasihan. Dan berharap bahwa Ibu akan mengizinkan aku keluar rumah siang ini.
“Mau pergi jam berapa?”
“Sekitar jam 2” jawabku sambil tersenyum.
“Tapi pulangnya jangan malam-malam ya?”
“Iya, tapi boleh kan bu?” tanyaku dengan perasaan senang.
“Iya, tapi jam 10 Ibu mau arisan. Rumah sepi, jangan pergi sebelum Ibu pulang.”
“Oke Ibu”
***
Siang harinya.
“Ris jadi nonton? Udah di depan Indomaret nih.” Tanyaku lewat WhatsApp.
“Jadi kok, lagi dijalan. Tunggu ya”
Beberapa menit berlalu, Riska belum terlihat batang hidungnya. Lumayan lama aku menunggunya didepan Indomaret. Aku pun sesekali melihat jarum jam pada jam tanganku. Tak terasa aku sudah menunggunya 30 menit lamanya. Aku hanya berdiri dikeramaian lalu lalang sambil menikmati hawa sejuk sehabis hujan.
          Tin..tinn..tinn
Suara klakson mobil pun terdengar. Ku lihat seseorang berbaju batik, berkumis putih membuka jendela mobil. Saat ku perhatiakan lebih dekat itu ternyata supirnya Riska. Tak lama kemudia Riska juga membuka pintu kaca belakang mobil dan melambaikan tangan padaku. Segera ku bergegas menghampiri mobil Riska.
Jarum jam menunjukkan pukul 14.15, aku dan Riska masih menunggu Alexa yang masih dalam perjalanan menuju depan Indomaret tempat dimana kita berkumpul. Aku menunggunya didepan warung tepat didepan Indomaret. Ketika kami berdua sedang menunggu Alexa, ku lihat dari kejauhan sosok laki-laki menghampiri kami berdua. Setelah kami perhatikan lebih dekat lagi, kami berdua baru menyadari kalau ternyata itu Rizal, temannya Adrian, sosok laki-laki yang kukagumi 2 tahun yang lalu.
“Astagfirullah” ucapku dalam hati.
Aku dan Riska saling berpandang dan bingung harus melakukan apa? Kami berdua sama-sama ingin menonton pertandingan futsal dan sama-sama tidak memberi tahu kepada sosok lelaki idaman kami masing-masing bahwa kami berdua akan menonton pertandingan futsal.
“Kalian berdua mau kemana?” tanya Rizal tiba-tiba.
“Hah? Ohh mau ke Margo beli buku” jawabku berbohong.
“Terus kamu disini mau ngapain Zal?” tanya riska kepada Rizal.
“Lagi nunggu pelatih. Mau jemput terus habis itu ke rumahnya Fadilah”
Akhirnya kami bertiga berbincang-bincang sembari menunggu Alexa datang. Tak lama kemudian Alexa pun datang, lalu aku, Riska, Alexa bergegas menuju mobil.
***
“Akhirnya sampai juga” ucap Riska ketika sudah sampai parkiran Britama Area Kelapa Gading.
“Hhuufffttt...” aku pun menghela nafas panjang.
Segera ku bergegas kedalam Stadion dan membeli tiket. Sambil menunggu masuk kedalam Stadion, aku, Riska, dan Alexa mencari makan terlebih dahulu sekalian mencari cemilan untuk didalam Stadion nanti.
***
Didalam Stadion.
“Berrrrr... Ya ampun dingin bangettttttt” kata ku setelah sudah 30 menit berada didalam Stadion.
Didalam Stadion benar-benar dingin, aku lupa membawa jaket, headset, dan kamera. Semua tidak terpikiran sebelumnya. Aku hanya memikirkan sesuatu hal yang selalu terpikirkan dalam benakku, yaitu jadi atau tidaknya menonton pertandingan futsal. Menurutku itu sesuatu hal yang paling penting dibandingkan segalanya.
Tiba-tiba ku lihat ponselku bergetar tanda ada pesan.
“Cie yang datang menonton pertandingan futsal”
Ku lihat nama pengirim dalam pesan WhatsApp itu, tertuliskan nama Adrian.
“Haha kenapa Dri?” balasku cepat.
“Tidak apa-apa. Coba tengok kekanan”
Akhirnya aku pun menoleh kekanan, dan ternyata yang dimaksud Adrian itu aku disuruh melihatnya. Tetapi dia tidak menolehku, aku hanya tertawa kecil. Kami pun hanya bercakap-cakap melalui WhatsApp sebelum pertandingan dimulai. Ingin sekali ku berkata bahwa aku kedinginan dan ia melepaskan jaketnya untukku. Seperti disinetron anak muda zaman sekarang, Hahaha. Tetapi aku berpikir itu tidak mungkin terjadi. Entahlah intinya aku hanya ingin dia mengerti bahwa saat itu aku benar-benar kedinginan.
Pertandingan pun belum kunjung dimulai. Aku beranjak dari tempat duduk dan keluar dari Stadion sekedar untuk membuang air kecil dan mencari kehangatan diluar Stadion. Lumayan lama aku keluar dari Stadion.
“Putri ya?” tiba-tiba ada seorang pria menepuk pundakku.
Ku lihat itu adalah Ayahnya Andre. Andre adalah seseorang yang pernah hadir dalam hidupku. Sekedar mengisi hari-hariku yang sunyi. Kalau kata anak muda zaman sekarang adalah mantan pacar.
“Iya Om” jawabku sambil tersenyum.
“Nanti gabung sama teman-teman yang lain ya, Om tunggu lho”
“Baik Om” jawabku tersenyum bingung.
Segera ku bergegas masuk kedalam Stadion. Aku pun menceritakan dan meminta pendapat Riska tentang kejadian bahwa aku bertemu Ayahnya Andre dan Ayahnya Andre memintaku untuk bergabung bersamanya. Aku bingung harus bagaimana? Aku ingin menghampiri kedua orang tua Andre sekedar ingin mencium tangan dan berbincang-bincang. Tapi malu rasanya. Sampai akhirnya Ayahnya Andre menghampiriku untuk kedua kalinya. Sekedar mengajak bergabung. Karena Riska tidak mau bergabung dengan yang lain, aku pun menolak tawaran Ayahnya Andre.
***
Pertandingan segera dimulai. Bulu kudukku merinding, entah apa arti pertanda itu. Aku berdoa dalam hati, meminta Rahmat dan Petunjuk Allah. Dalam hati kecilku ingin sekali ia mencetak gol untukku. Tetapi itu tidak mungkin terjadi, pasti jika ia mencetak gol hanya untuk teamnya itu, bukan untukku. Tak mengapa, yang terpentingnya adalah ia bermain dan menunjukkan yang terbaik kepada team dan semua orang.
“Pritt...pritttt...” terdengar bunyi pluit pertanda pertandingan dimulai.
Sepanjang pertandingan aku berkata dalam hati “Semangat Adrian sayang, aku selalu mendoakan yang terbaik untukmu”
Pertandingan baru berjalan kurang lebih 2 menit. Team Orion lebih dulu tertinggal gol. Aku hanya berdiri lemas, tetapi aku yakin bahwa Team Orion dapat mengalahkan lawannya, yaitu SMP 9 Bekasi.
“ORION ORION ORION YE YE... ORION ORION ORION YE YE..” teriak suporter Team Orion yang terus memberikan dukungan.
Sekitar 5 menit kemudian Team Orion baru mencetak gol pertamanya. Akhirnya kedudukan 1-1. Gol pertama Orion dicetak oleh Farras. Gol kedua Orion dicetak oleh Andre. Sehabis Andre mencetak gol tak lama kemudian SMP 9 Bekasi membalas kekalahannya. Kedudukan di babak pertama berakhir imbang.
Babak kedua pun dimulai. Strategi dan formasi Orion berubah total. Dengan kegigihan pemain Orion akhirnya Farras mencetak gol yang ketiga. Dan akhirnya gol penutup Orion dicetak oleh Nara. Orion pun menjuarai EFestival Futsal Competition. Dengan perasaan bangga dan senang aku mengucapkan Allhamdulillah.
Pertandingan pun usai. Pemaian Orion masuk kedalam ruang ganti. Kemudian JKT 48 tampil sebagai bintang tamu. Tak lama kemudian para pemain Orion pun keluar sekedar istirahat dan melihat penampilan JKT 48. Aku turun kebawah dari kursi penonton dan menghampiri Adrian. Aku ingin mengucapkan selamat atas prestasi yang telah dicapai Team Orion, walaupun sebenarnya ia tidak mencetak gol. Tetapi itu sudah lebih cukup, ia sudah menunjukan penampilannya dengan maksimal.
Ku tepuk pundak Adrian dan berkata “Selamat yaa” ucapku sambil tersenyum.
“Iya makasih ya. Maaf aku tidak bisa mencetak gol untukmu” jawabnya sambil merangkul pundakku.
“Iya tidak apa-apa kok” jawabku sambil tersenyum.
Entah mengapa aku merasa senang dan nyaman ketika berdiri disampingnya. Aku begitu terpukau dengan senyumannya yang dihiasi lesung pipi disebelah kanan pipinya. Untuk pertama kali aku menonton pertandingan futsal secara langsung demi melihat penampilan sosok laki-laki yang selalu menyapaku melalui WhatsApp dan untuk pertama kalinya aku dirangkul oleh laki-laki yang aku idamkan.
Aku menikmati penampilan JKT 48 sambil mengucapkan selamat kepada para pemain Team Orion kecuali, Andre. Aku enggan menghampirinya. Setelah penampilan JKT 48 selesai aku bergegas pulang, karena waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam. Aku takut sampai rumah terlalu malam, belum ditambah lagi dengan jalanan di Jakarta yang selalu berhubungan dengan macet.
***
Pagi harinya.
“Makasih yang udah nonton, makasih atas semua dukungannya, makasih J Love you :*”
Ada SMS yang belum ku baca, ku lihat nama pengirim SMS tersebut. Ternyata nama pengirim itu adalah Andre. Aku hanya heran dan kaget ketika membaca SMS dari Andre. Diakhir kalimat dalam SMS itu tertera kata-kata ‘Love you :*’. Aku tidak mengerti apa maksud ia mengirimkan pesan itu. Tapi aku tak menghiraukannya.
***

Hari-hari berikutnya aku semakin akrab dan dekat dengan Adrian. Sampai suatu ketika aku menjalin hubungan yang spesial dengannya, lebih dari sekedar pertemanan biasa. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar